“Sudrajat-Syaikhu Berpotensi Mengubah Pilkada Jawa Barat”

DepokNews — Depok (16/4), Pemilihan Kepala Daerah di Provinsi Jawa Barat berlangsung ketat, elektabilitas para kandidat bergeser setiap saat. Lembaga Survei Indonesia (LSI Denny JA) baru saja melansir pasangan Deddy Mizwar-Dedi Muyadi meraih 43,2 persen, disusul Ridwan Kamil- Uu Ruzhanul (39,3 persen), Sudrajat-Ahmad Syaikhu (8,2 persen) dan TB Hasanuddin-Anton Charliyan (4,1 persen).

Survei berbeda dari Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI) menyatakan elektabilitas Sudrajat-Syaikhu meningkat 18,2 persen. Sementara Ridwan-Uu Ruzhanul menurun 17,4 persen. Posisi teratas masih duo Deddy-Dedi (22,3 persen) dan posisi buncit ditempati pasangan Hasanah (6,2 persen). Pemilih yang belum menentukan pilihan ternyata masih besar (35,9 persen).

Pengamat politik Sapto Waluyo melihat pergeseran sikap pemilih akan menjungkir-balikkan hasil survei di tanah Pasundan. “Karena karakter pemilih yang unik, masih cukup besar (35 persen lebih) yang belum menentukan sikap. Survei LSI hanya mungkin mendeteksi popularitas kandidat, belum menjangkau efektivitas mesin partai (PKS-Gerindra-PAN atau PDIP) yang dikenal militan,” ujar Sapto, Direktur Center for Indonesian Reform (CIR). “Disamping itu, dampak dari isu nasional (pencalonan presiden) terhadap persepsi pemilih pilkada juga belum terukur.”

Sapto memberi contoh analisis Lembaga Kajian Strategi dan Pembangunan (LKSP) tentang percakapan di dunia maya (dari media sosial atau media online) tentang Pilkada Jabar, ternyata telah menjangkau 41,66 juta akun. Dari total jangkauan itu, pasangan Sudrajat-Syaikhu (Asyik) meraih jangkauan paling besar 15,91 juta (38.18 persen), diikuti Rindu (13,85 juta atau 33,25 persen), 2DM (10,88 juta atau 26,11 persen) dan Hasanah (1,03 juta atau 2,47 persen).

Analisis LKSP dilakukan pada periode 5-13 April 2018, yang juga memperlihatkan trend penurunan atensi atau interaksi netizen terhadap isu Pilkada Jabar (minus 65,68 persen). “Trend penurunan atensi terbesar dialami Hasanah (-92,86 persen), lalu Rindu (-74,80 persen), Asyik (-52,01 persen) dan 2DM (-42,42 persen). Dari situ kita bisa prediksi, jika netizen sudah mulai lelah berinteraksi di dunia maya, maka mesin politik di lapangan akan sangat menentukan. Kecuali ada isu menggelegar seperti #2019GantiPresiden yang dipersepsi berhubungan dengan afiliasi kandidat,” jelas Sapto.

Salah satu mesin pemenangan yang bergerak simultan dari PKS, pada Ahad (15/4) berkumpul 1000 kader dan simpatisan di Graha Insan Cita, Depok. Ketua DPD PKS Kota Depok, Hafidz Nasir hadir saat itu untuk memimpin ikrar pemenangan Sudrajat-Syaikhu. “Kader PKS bergerak bersama rekan Gerindra dan PAN. Kami datangi konstituen di segenap pelosok dari pintu ke pintu, karena masih banyak pemilih yang belum tahu jadwal pencoblosan tanggal 27 Juni 2018, apalagi profil kandidat yang tepat untuk dipilih,” ungkap Hafidz.

Kader PKS telah berpengalaman mengubah situasi yang terbentuk dari hasil survei. Pada pilkada 2008, ketika Ahmad Heryawan tampil pertama kali berhadapan dengan Agum Gumelar dan Dani Setiawan yang lebih popular. “Kang Aher kalah dalam survei, tapi alhamdulillah menang dalam pemungutan suara. Demikian pula pada periode kedua, tahun 2013, Kang Aher kalah lagi dalam survei dibanding Dede Yusuf dan Rieke Diah Pitaloka. Hasilnya, Aher menang untuk periode kedua,” Hafidz memaparkan, disambut yel-yel peserta.

Kini Gubernur Jawa Barat, Aher Heryawan memberikan dukungan penuh kepada pasangan nomor 3 (Sudrajat-Syaikhu). Hal itu merupakan salah satu faktor yang akan mengubah konstelasi pilkada Jabar.