STT Nurul Fikri Gelar Workshop Jurnalistik

DepokNews – Sekolah Tinggi Nurul Fikri (STT NF) bekerjasama dengan depoknews.id menggelar workshop jurnalistik untuk generasi milenial. Kegiatan yang diikuti puluhan peserta dari berbagai lapisan masyarakat tersebut berlangsung di Gedung STT NF, Jalan Lenteng Agung Jakarta, Sabtu (24/3/18).

Pada kegiatan ini hadir tiga pemateri, yaitu Sapto Waluyo Dosen STT NF yang juga pernah menjadi wartawan profesional dari beberapa media nasional, Ricta pengelola website STT NF dan Mujiran wartawan depoknews.id dan Majalah Depok.

Sapto Waluyo yang memberikan materi pengantar jurnalistik memaparkan sejarah dokumentasi dan jurnalistik dari masa ke masa, dari jaman kuno hingga jaman milenial saat ini.

“Sejak jaman kuno atau jaman pra sejarah manusia sudah mengenal dokumentasi atau menyampaikan gagasannya melaui media, kalau jaman dahulu dengan cara membuat tulisan atau gambar-gambar pada batu, atau daun karena belum ditemukannya kertas,” kata Sapto.

Setelah ditemukannya kertas, lanjut Sapto, dokumentasi atau media berkembang dengan pesat, disamping melalui kertas atau cetakan jurnalistik berkembang melalui perangkat elektronik terutama radio dan televisi.

“Seiring dengan perkembangan teknologi informasi perkemabangan jurnalistik mengalami pergeseran yang signifikan, kalau dahulu koran, radio dan televisi hal yang paling banyak digunakan masyarakat untuk mendapatkan informasi atau berita, namun saat ini internet atau media online yang paling banyak diakses masyarakat untuk berbagai kepentingan,” tambah Sapto.

Untuk memperkuat paparannya, Sapto menampilkan data jumlah pengguna media, cetak, elektronik dan internet dari masa ke masa. Dari data tersebut diketahui jumlah pengguna internet mengalami lompatan yang sangat besar sedangkan jumlah pegguna media cetak atau elektronik mengalami penurunan dari waktu ke waktu.

“Melaui internet semua kebutuhan informasi, hiburan atau hal lainnya bisa dengan mudah didapatkan masyarakat, karena apa yang ada di internet bercampur baur maka masyarakat harus cerdas memilih hal yang bermanfaat,” tegas Sapto.

Bahkan yang lebih mencengangkan, berdasarkan data yang disampaikan Sapto dari hasil survai sebuah lembaga, rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan waktu 8 jam 44 menit per hari hanya untuk interetan.

Sesi berikutnya, kegiatan ini dilanjutkan dengan teknik menulis pada media yang disampaikan Ricta dan Mujiran.
Dalam paparannya Mujiran menjelaskan, menulis berita ada yang mudah bahkan sangat mudah namun ada yang sulit.

“Menurut saya berdasarkan pengalaman, menulis berita yang mudah adalah berita sebuah kegiatan, karena subyeknya atau pelakunya baik lembaga maupun personalnya ingin diberitakan, sehingga secara teknis mudah, namun ada berita yang sulit karena subyek atau pelakunya sebenarnya tidak ingin diberitakan, namun sebagai jurnalistik yang punya tugas menyampaikan informasi ke masyarakat harus berusaha memberitakan dengan benar dan akurat, seperti berita peristiwa robohnya bangunan baru” kata Mujiran.

Pada kesempatan tersebut Mujiran juga menjelaskan bagaimana menulis berita sebuah kegiatan yang memenuhi standar jurnalistik, 5W + 1H.