Smart Urban Farming, Masa Depan Pertanian Indonesia

Oleh: M.Adityas Halmahera

Hasil pertanian sangat berkaitan erat dengan keberlangsungan hidup manusia. Maka dari itu keberalangsungannya perlu diutamakan. Tingginya pertumbuhan penduduk setiap tahunnya membuat kebutuhan hasil pertanian sangat tinggi sehinggga diperlukan adanya inovasi dan teknologi baru dibidang pertanian demi tercapainya kecukupan pangan tersebut.

Ditambah lagi perubahan gaya hidup dan cara pandang masyarakat terhadap kebutuhan pangan mulai berubah. Kecenderungan karakter tersebut dapat dirasakan saat ini yaitu tuntutan terhadap keamanan, nilai gizi, cita rasa, dan ketersediaan pangan yang sehat.

Beberapa spesifikasi yang diprioritaskan oleh konsumen dalam memenuhi pangan hariannya yaitu: Produk pertanian harus aman, bebas dari cemaran, racun, pestisida, & mikroba berbahaya bagi kesehatan, memiliki gizi tinggi dan mengandung zat berkhasiat untuk kesehatan serta diproduksi dengan cara tidak menurunkan mutu lingkungan dan tentunya  mudah didapatkan dengan harga kompetitif. Hal ini perlu dilakukan oleh Produsen pertanian dalam melakukan pembenahan sistem produksi produk pangan agar dapat memenuhi standar kebutuhan konsumen.

Sayangnya, saya melihat bahwa pertanian selama ini identik dengan pekerjaan orang desa yang tidak bonafide dan kurang menjanjikan. Padahal pertanian justru merupakan sektor yang sangat potensial untuk digarap.

Kita dapat melihat secara global, dimana pertumbuhan persediaan pangan dibanding dengan kebutuhan konsumsi sudah tak seimbang seiring dengan lahan pertanian semakin berkurang, terutama didaerah perkotaan. Dalam beberapa tahun terakhir, tren urban farming kian diminati oleh masyarakat perkotaan hingga menjadi tren gaya hidup urban.

Urban farming adalah konsep yang memindahkan pertanian konvensional kepertanian perkotaan. Saat ini urban farming menjadi sebuah gaya hidup baru seiring dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup sehat.

Konsep urban farming menawarkan solusi dengan menciptakan lahan terbuka hijau dipadatnya perkotaan. Sistem penanaman urban farming seperti hidroponik dapat diterapkan diarea terbatas dimana tanaman dapat tumbuh tanpa menggunakan media tanah dan bahan kimia berbahaya seperti pestisida kimia sintetis.

Bertani dengan metode Hidroponik merupakan salah satu inovasi yang didorong untuk dikembangkan. Dimana siapa saja dapat melakukannya tanpa perlu memiliki keahlian bertani apalagi memiliki lahan yang cukup luas, bahkan masyarakat yang tinggal di rumah susun atau apartemenpun bisa bertanam bunga ataupun sayuran. Bercocok tanam secara hidroponik menjadi alternatif paling realistis bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan.

Hasil panen dari pertanian dengan metode hidroponik tidak banyak membutuhkan pestisida, sayuran dan buah tampak lebih segar dan lebih besar berkualitas tinggi dengan pertumbuhan yang lebih cepat, minim terkena serangan hama penyakit serta mampu menjaga konsistensi kualitas dan kuantintas produk panen tanpa mengenal musim. Dengan perawatan relatif mudah dan tentunya harga jual jual produk hidroponik jauh lebih tinggi daripada produk yang ditanam dengan cara konvensional.

Namun demikian konsep ini tidak begitu banyak menguntungkan karena hanya sebatas memanfaatkan lahan yang tersedia dipekarangan atau atap rumah saja, maka hasilnyapun tidak menambah hasil panen. Ditambah lagi orang-orang sering kali tidak memiliki waktu untuk sekedar merawatnya dengan rutin.

            Urban farming tidak hanya soal menanam tanaman, namun juga soal menghasilkan tanaman yang dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Maka dari itu dibutuhkan pula starategi dalam bertani agar hasil panen bertambah.

Smart urban farming memanfaatkan teknologi semacam big datamachine learning, dan Internet of Things (IoT) demi meningkatkan kualitas serta kuantitas dari hasil panen. Beberapa keuntungan yang akan didapat yaitu; Pertama, Dapat memprediksi hasil panen. dengan megetahui prediksi ini petani akan lebih tahu apa yang akan ditanam dan kapan waktu untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal dengan meletakan sensor IoT dilahan pertanian, smart farming ini dapat menganalisa cuaca, kandungan kimiawi, kondisi daun serta biomassa.

Kedua, Dapat mencegah hama dan meningkatkan keamanan pangan. Hama dan penyakit tanaman lainnya dapat dicegah, dengan memonitor lahan melalui pengumpulan data seperti temperatur dan kelembaban udara. Dengan menerapkan smart urban farming ini, bertani kini menjadi lebih efisien.

            Jika konsep smart farming ini diterapkan hampir segala hal dikontrol oleh teknologi, maka konsep smart urban farming yang “canggih” ini akan mudah terealisasi. petani dapat melakukan pemantauan dan pengontrolan nutrisi hidroponik hanya melalui smart phone.

Jadi, petani bisa memantau tanamannya dimana saja dan kapan saja selama ada jaringan internet. Sehingga penting bagi kita untuk berbenah diri agar siap menerapkan konsep canggih  ini di masa mendatang.

Urban farming kedepan diharapkan dapat berorientasi pada pertanian tanpa limbah yang menghasilkan food, feed, fertilizer, and fuel. Limbah tanaman dapat diolah menjadi pakan ternak, dan pakan ternak dapat diubah menjadi pupuk, sementara bio urine atau biogas digunakan untuk bahan bakar. Dengan siklus seperti itu tidak ada limbah yang terbuang.

Jika terus dikembangkan, urban farming dapat diproyeksikan untuk mencukupi ketersediaan bahan makanan dan memperkuat ketahanan pangan kota itu sendiri. Pemerintah kota mempunyai andil yang penting dalam menyediakan regulasi khusus untuk mendukung penerapan urban farming, termasuk soal kebijakan hak guna lahan.

Kini hunian diperkotaan bisa lebih hijau dan berkelanjutan bukan lagi mimpi. Karena perkotaan bisa menjaga keanekaragaman hayatinya. Kedepan peran urban farming di Indonesia, akan lebih baik, smart urban farming itu, masa depan.