Risiko Obesitas Pada Anak, Orang Tua Wajib Tau Ini…..

DepokNews — Obesitas atau kegemukan suatu gangguan yang melibatkan lemak tubuh berlebihan yang meningkatkan risiko masalah kesehatan. Disadari atau tidak, risiko obesitas dapat terjadi pada anak. Obesitas pada anak ini akan menjadi semakin tinggi dengan meningkatnya akses pada makanan cepat saji maupun makanan bernutrisi buruk (junk food). Tidak hanya faktor makanan, masih ada faktor lain yang bisa membuat anak menderita obesitas serta berisiko menyebabkan gangguan kesehatan.

Salah satu penyebab utama obesitas di anak adalah lingkungan dan gaya hidup anak, juga gaya hidup orang tuanya. Lingkungan dan gaya hidup yang saat ini sudah berubah memberikan kontribusi yang cukup signifikan pada kasus obesitas anak.

“Misalnya ketersediaan produk gula dan lemak dengan harga murah, porsi makanan semakin besar, meningkatnya kesibukan dan berkurangnya tingkat aktivitas fisik,” jelas Psikolog, Aurora Lumbantoruan, MPsi, Psi

Selain itu, penyebab obesitas pada anak lainnya adalah hereditas. Walaupun tidak semua anak beresiko mengalami obesitas. Menurutnya, anak yang kegemukan cenderung memiliki orang tua yang kegemukan. Hereditas sebenarnya hanya mempengaruhi tendensi, lingkungan, terutama SES rendah memiliki hubungan yang konsisten. Bukan hanya itu, kurang pengetahuan, cenderung membeli makanan tinggi lemak dan murah, stres keluarga yang memicu makan berlebihan.

Penyebab lainnya adalah pola makan keluarga. Yakni, ketersediaan makanan tinggi lemak dalam keseharian di rumah. Selain itu, orang tua yang terlalu cemas, mengartikan ketidaknyamanan anak sebagai keinginan untuk makan. Orang tua juga terlalu mengatur kapan, apa dan kekuatiran akan anak terlalu banyak atau kurang makan, membuat anak kurang membentuk regulasi diri atau kontrol terhadap pola makannya sendiri.

Orang tua dari anak yang mengalami obesitas, cenderung menggunakan makanan tinggi lemak atau gula sebagai hadiah untuk memotivasi anak. Hal itu justru membuat anak membentuk penilaian yang tinggi akan makanan sebagai hadiah.

“Pengalaman tersebut mengakibatkan anak cenderung lebih responsif terhadap stimulus yang berhubungan dengan makanan, rasa, bau, tampilan makanan, waktu-waktu yang bisa diisi makanan dan kata-kata berkaitan dengan makanan, sebaliknya kurang peka terhadap tanda-tanda fisik, lapar itu sendiri,” tambahnya.

Penyebab lainnya adalah aktivitas pasif seperti menonton televisi. Korelasi yang positif antara banyaknya waktu di depan layar (tv, komputer, gim) dengan metabolic syndrome yaitu peningkatan tingkat trigliserida dalam darah, glukosa darah puasa, tekanan darah, dan lingkar pinggang.

Perilaku sedentary (pasif) adalah menyenangkan, sehingga mengurangi waktu untuk aktif, dan iklan di TV mendorong anak makan kudapan yang menggemukan dan tidak sehat. Selain itu makan sambil menonton juga menyebabkan overeating.

Penyebab lainnya adalah gula dan stres. Ketika stres, otak membutuhkan energi (misalnya glukosa) untuk menghasilkan kemampuan mengendalikan/menggerakkan diri. Menurut teori evolutionary psychology gula darah turun, otak mengarahkan pada mode survival. Stres menyabotase kemampuan mengendalikan diri.

“Jadi cari cara lain untuk mengelola stres. Dan memperoleh perasaan in control atau can do attitude, sarannya. Penyebab obesitas pada anak juga bisa karena status sosio-ekonomi, pola awal perkembangan, malnutrisi pada masa bayi, aktivitas fisik juga respons akan keberadaan makanan,” tandasnya.