Rektor UI: Virus Corona Hanya Sementara Dan Itu Perang Ekonomi

DepokNews – Rektor Universitas Indonesaia (UI), Profesor Ari Kuncoro mengungkapkan bahwa perang dagang lebih berbahaya dari virus corona. Hal tersebut diungkapkan Arif saat diwawancarai sejumlah awak media usai kuliah umum yang diisi Profesor Mochamad Mahfud MD di Kampus UI Depok.

Menurut Ari perang dagang adalah perang perebutan hegemoni antara Eropa, Amerika, dan Tiongkok untuk membuktikan keunggulan. Namun Ari enggan menjabarkan secara detail ketika ditanya, apakah virus corona yang dialami tiongkok saat ini merupakan dampak dari perang dagang.

“ Nanti kita lihat dari tiga tersebut mana yang lebih unggul ada Eropa, Amerika, Tiongkok. Sementara ini saya melihat lebih incaran senjata, tapi kita nggak tahu yah. Dan ini perubahan dari kalangan Amerika sendiri, dan Amerika sih sudah melihat ini, dan mereka punya keunggulan dari sisi ekonomi,”ujarnya. Senen (17/2/2020).

Selain itu perang dagang tentunya akan berpengaruh ke negara seperti Indonesia jika tidak siap. Namun meski demikian kata Arif, Indonesia memiliki keuntungan karena punya pasar domestic.

“kita kalau nggak siap bisa kena. Tapi keuntungan kita, kita punya pasar domestic yang lebih besar,” ujarnya.

Mantan Dekan Ekonomi Ui ini juga membantah bahwa virus corona membuat Tiongkok lumpuh. Sebab hal tersebut kata dia hanya bersifat sementara.

“ itu hanya sementara, nanti ada lagi yang lain. Itu persaingan ekonomi,”ujarnya.

Meski demikian, Ari khawatir jika industry Tiongkok melambat. Sebab hal tersebut akan berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia.

“ Indonesia sangat tergantung karena ekspor klapa sawit dan minyak sawit dan barang industri banyak dari tiongkok. Jadi kalau industri Tiongkok melambat, kita juga kena imbas,”ujarnya.

Ari mengatakan selama ini Tiongkok menjadi lokomotif pembanguna di Asia. Oleha karena itu, Arif menghimbau Indonesia harus mencari alternatif agar tidak terus bergantung.

“ kita harus cari alternatif dengan seluruh kemampuan anak negeri. Karena jika industri Tiongkok terganggu, Indonesia akan kena dampak. Jadi beda dengan Jepang, sifatnya lebih meningkatkan tehnologi Indonesia. Jadi dia bukan merupakan tempat kita mengekspor, tapi lebih membantu kita mengekpors,” tutunya.