Peneliti UI Gaungkan Konsep Kampung Layak Huni di Nambo

DepokNews–Tim peneliti Universitas Indonesia (UI), khususnya Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik bersama Mitra Bina Ekonomi Sosial Terpadu (BEST) dan PemKot Tangerang Selatan menggagas konsep kampung layak huni di wilayah tepian Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Cipeucang, Kota Tangerang Selatan.

Disana ada sebuah kampung bernama Nambo yang berbatasan langsung dengan TPA Cipeucang.

Kampung tersebut adalah salah satu kampung kumuh di Kota Tangerang Selatan sesuai Keputusan Walikota No. 131 Tentang Lokasi Permukiman Kumuh.

Penduduk di daerah ini menjadi saksi dengan indera-indera mereka sendiri tentang menurunnnya kualitas lingkungan di tempat tinggal mereka.

Berjalannya waktu kondisi alam disana pun berubah.

Mata air yang dulu digunakan untuk kebutuhan sehari-hari kini tertutup oleh material lain seperti dedaunan dan sampah, meskipun begitu, airnya masih tetap mengalir.

Melihat kondisi tersebut peneliti UI dan Tim mengembangkan lokasi itu menjadi kampung percontohan berupa kampung layak huni di Kota Tangerang Selatan yang merupakan bagian dari kota layak huni atau livable city.

Ini adalah kolaborasi Universitas Indonesia (UI) atas program Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), berkolaborasi dengan BEST NGO dan juga Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan, khususnya Dinas Bangunan dan Penataan Ruang (DBPR) melalui Tonny Soewandi, serta Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Perkimta) Bapak Bedi Budiman.

Tim Universitas Indonesia yang meliputi Bapak Teguh Utomo, Ova Candra Dewi, Evawani Ellisa, Agust Danang Ismoyo dan 8 anggota tim dari Magister Program Arsitektur Sustainabilitas dengan program Pengabdian Masyakarat khususnya skema kemitraan, menjembatani program pemkot Tangerang Selatan yang ada yaitu program Kota Tanpa Kumuh serta program peningkatan sanitasi berbasis masyarakatnya.

“Kolaborasi ini mewadari para mitra untuk mengintegrasikan program unggulan masing-masing bersama warga,” kata Ova Candra Dewi, salah satu peneliti.

Direktur NGO BEST, Hamzah Harun Alrasyid menginisiasi kerjasama ini.

BEST NGO dan Bremen Overseas Research and Development Association (BORDA) dengan programnya Polycentric Approaches to Managing Urban Water Resources in South Asia dan program Household Sanitary Landfill (HSL).

Kampung Nambo dipilih sebagai kampung percontohan atas dasar keunikan potensi dan urgensi yang dimiliki.

Secara geografis, topografi kampung Nambo sangat beragam dengan kemiringan landai sampai curam.

“Secara urgensi Kampung Nambo membutuhkan intervensi dalam hal perencanaan peningkatan mutu kualitas ruang dan wadah agar tidak semakin kumuh. Kolaborasi ini pun memfasilitasi warga untuk bersosialisasi,”katanya.

Dikatakan dia, Program Kolaborasi Livable City ini mencoba meningkatkan kualitas lingkungannya melalui potensi-potensi yang Kampung Nambo miliki seperti area sabuk hijau di lahan Dinas Lingkungan Hidup, mata air, kolam-kolam dan juga kegiatan rutinitas warga yang berwirausaha dari rumah.

Semua program yang diajukan merupakan program yang awalnya diusulkan oleh warga dan atas dasar kebutuhan mereka.

Perwakilan tim perencana menjelaskan, ada 7 titik dan 3 kawasan yang diusulkan sebagai intervensi dalam program kemitraan ini.

Ketujuh titik tersebut meliputi penataan jalan, pemasangan turap kali dan jalan, pembagian kavling lahan sesuai dengan usulan jalan yang baru, penentuan lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), lokasi sumur bor untuk sumber air bersih, usulan jaringan air kotor atau drainase dan juga penataan lampu dan cermin cembung di titik-titik rawan.

Intervensi kawasan adalah pengembangan kawasan untuk warga berkegiatan sesuai kegiatan warga saat ini, namun belum terfasilitasi dengan baik.

Tiga intervensi kawasan yang diusulkan meliputi usulan penataan kawasan gerbang masuk yang juga berfungsi sebagai etalase pameran produk yang dihasilkan warga, usulan penambahan sarana komunitas seperti lapangan olah raga.