Meneladani  Nabi Yusuf

Oleh : Darihan Mubarak (Presidium Nasional Forum Silaturrahim Studi Ekonomi Islam)

“Suatu negeri akan hancur meskipun dia makmur” Mereka bertanya, “Bagaimana suatu negeri hancur sedangkan ia makmur?” Ia menjawab, “Jika pengkhianat menjadi pemimpin dan harta dikuasai oleh orang orang fasik” ( Umar bin Khattab )

Gunakanlah cara Nabi Yusuf dalam bersikap. Tatkala nama beliau dicemarkan, maka beliau berusaha membersihkannya sendiri, supaya jelas mana yang batil dan mana yang benar, karena pada hakikatnya kebatilan tidak memiliki eksistensi, ia hanyalah keadaan yg muncul karena ketiadaan kebenaran. Persis seperti gelap dan terang. Kegelapan pada hakikatnya tidak punya eksistensi, ia hanyalah keadaan yg muncul karena ketiadaan cahaya. Perhatikan ayat berikut :

“Dan katakanlah : Kebenaran telah datang, kebatilan telah lenyap, sungguh kebatilan adalah sesuatu yang pasti lenyap ( Q.S Al-Isra’ : 81)”.

 

Ingat cerita Albert Enstein ketika berdebat dengan seorang dosen yang mengatakan bahwa Tuhan telah melakukan kezaliman karena telah menciptakan kejahatan? Maka Enstein segera menjawab bahwa sebenarnya tidak ada kejahatan, ia hanyalah keadaan dimana tidak ada kebaikan.
Oleh karena itu, dalam ilmu fisika tidak ada rumus untuk mengukur kegelapan, yang ada adalah rumus untuk mengukur cahaya. Cara untuk mengukur tingkat kegelapan adalah degan cara mengukur tingkat cahaya. Cara Yusuf direkam dalam Quran dengan dua potongan ayat yakni ketika ia memberikan pesan kepada salah satu diantara pemuda penghuni penjara.

“….Sebutlah tentang diriku kepada rajamu….(Q.S Yusuf : 42)”.

Tidak cukup sampai disitu, Yusuf mencoba memperjelas permasalahan yg sebenarnya terjadi perihal dimasukkannya dia ke dalam penjara. Yusuf mengatakan,

“…kembalilah kepada rajamu dan tanyakan kepadanya bagaimana keadaan wanita wanita yg melukai tangannya… (Q.S. Yusuf : 50)”

Maka setelah itu raja melakukan klarifikasi, dan benar saja istri Al-Aziz mengakui kesalahannya.

“…..Istri Al-Aziz berkata, sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggoda dan merayunya, dab sungguh ia termasuk orang yang benar ( Q.S. Yusuf : 51)

 

Cara kedua, Yusuf menawarkan diri sebagai bendaharawan negeri ( Menteri Ekomomi Mesir), karena ia tahu persis bahwa jika bukan ia yang menangani maka akan terjadi kekacauan pengelolaan perekonomian negara, maka tidak ada cara lain selain ia sendiri yang memimpin. Yusuf mengatakan,

“Jadikanlah aku Khazainil Ard ( Bendaharawan Negeri), Sunghuh aku orang yang pandai memelihara harta dan mengetahui ( Q.S. Yusuf : 55”.

Apa point penting yang bisa diambil dari kisah diatas?

Pertama, Jika engkau tahu bahwa kebanyakan orang kaya di zaman ini adalah para perusak dan menggunakan hartanya di jalan kebathilan serta menghalangi manusia dari jalan Allah, maka untukmu jiwa yang menghendaki perbaikan sistem dan pengutuk pemusatan harta hanya di golongan tertentu, jadilah orang kaya karena sebaik baik harta adalah harta di tangan orang yang beriman. Karena konsequensi dari tidak dikuasainya harta oleh orang beriman ialah dikuasai oleh orang tidak beriman.Kedua, untukmu jiwa yg gelisah dengan pemimpin pemimpin negara yg khianat terhadap janji, maka rebutlah kekuasaan tersebut dan tempati posisi strategis.