Marak LGBT, Orangtua Harus Waspada Pada Anak

DepokNews- Gejala penyimpangan sosial LGBT atau Lesbian Gay Biseks dan Transgender, terus marak belakangan ini. Hal tersebut patut diwaspadak setiap orangtua, agar anak tidak melakukan hal menyimpang ke arah LGBT
Psikolog Dewi Yulia mengatakan, LGBT timbul dari ketidaktahuan anak akan makna dari suatu hubungan menyimpang. Disitulah peran orangtua masuk, memberikan penjelasan, pengenalan akan arti sebuah hubungan. Baik antar teman, orang yang disayang juga dilingkungan.
“Kita tentu tidak mau gejala sosial LGBT menghinggap dikeluarga kita. Karena akan sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak,” jelasnya.
Ajarkan pada anak sedini mungkin konsep mana yang halal dan haram. Tanamkan nilai sosial dan agama tentunya akan menjadi landasan anak dalam berpijak dilingkungannya. Anak yang tidak mendapatkan contoh yang baik dirumah, riskan terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik. Contohkan kepada anak tentang indahnya berumah tangga, dengan menjalin komunikasi dan tidak bertengkar didepan anak.
“Jangan membahas hal yang belum waktunya anak untuk mengerti. Meskipun dia tidak mengerti, tetapi anak mendengar dan itu akan tertanam hingga si anak tumbuh besar,” jelasnya.
Game di internet, komik, tontonan orang dewasa dan memancing anak untuk melakukannya hal tersebut harus dihindarkan. Bagaimana caranya, orangtua harus peka terhadap apa yang sedang disenangi anak. Jangan membiarkan si anak asyik sendiri, tanpa orangtua tahu kegiatan yang dilakukan.
Masih banyak remaja yang mengganggap pernikahan adalah sebuah beban, seperti beban membayar tagihan, cekcok rumah tangga. Mengapa anak berpikir seperti itu, karena mereka mengalami iti dirumah.
“Beri contoh keluarga yang harmonis dan menciptakan keluarga yang baik,” ujarnya.
Sementara itu, Psikolog Sri Vira Chandra menjelaskan, kontrol sosial harus diciptakan. Beritahu bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain, berikan alasan logis yang mampu dipahami sang anak. Orangtualah yang mengerti sikap dan kebiasaan anak, maka dari sekarang harus lebih peka lagi kepada anak.
“Seimbangkan waktu, jika ayah sedang bekerja baiknya ibu ada dirumah begitu juga sebaliknya. Jangan sibuk mencari nafkah dan beralasan itu untuk anak, tetapi anak tersiksa karena tidak waktu dari orang tua,” pungkasnya.(mia)