Kreativitas Jurnalis Muda Meningkatkan Literasi Warga

DepokNews–Kaum muda millennial harus kreatif, karena perkembangan ilmu dan teknologi menuntut kemampuan beradaptasi cepat. Jangan sampai generasi muda Indonesia hanya menjadi konsumen atau korban dari teknologi internet yang dominan.

Suasana pelatihan

Hal itu ditegaskan Sapto Waluyo, Koordinator Jaringan Media Profetik (JMP) dalam pelatihan Jurnalis Muda Kota Bekasi (JMKB) di aula SMA Negeri 2 Bekasi (25/11). “Saya gembira karena masih ada kaum muda, apalagi pelajar SMA, yang berminat pada jurnalistik di era digital. Dengan gadget atau smart phone Anda bisa membuat konten positif dan kreatif,” ujar Sapto yang pernah menjadi redaktur Majalah Gatra. Sapto mengajar kiat cepat menulis artikel dalam satu jam atau 15 menit, tergantung waktu yang tersedia.

Pelatihan diikuti 100 siswa se-kota Bekasi, perwakilan dari SMA/SMK/MA. Acara ini merupakan angkatan ke-7 dari program rutin yang diselenggarakan tiap tahun. “Para peserta nanti akan bergabung dengan pengurus baru JMKB dan berkreasi dalam penerbitan majalah Swara atau website JMKB,” jelas Arif Nur Hidayat, pelajar SMK Karya Guna Bhakti yang menjadi koordinator JMKB.

Disamping latihan menulis kreatif, acara dimeriahkan dengan talk show para alumni JMKB yang kini menjadi mahasiswa atau profesional di berbagai bidang. Itu membuktikan aktivitas siswa di masa sekolah akan membentuk karakter disiplin dan sikap terbuka. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah III Jawa Barat, Harry Pansila, menyambut baik agenda pelatihan berkala.

“Saya salut dengan tekad peserta yang serius mengikuti pelatihan, meskipun besok ada yang akan mengikuti ujian sekolah. Itu artinya Anda sudah biasa belajar dan bisa membagi waktu untuk meningkatkan keterampilan,” ungkap Harry yang pernah bertugas sebagai Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok. Wilayah tugasnya saat ini meliput kota dan kabupaten Bekasi.

Harry melihat kegiatan jurnalistik di kalangan pelajar akan meningkatkan literasi warga. Untuk itu, ia memberikan door prize kejutan kepada peserta yang telah menamatkan baca satu buku dalam satu bulan. Angka melek huruf di wilayah Kota Bekasi cukup baik, terutama untuk kelompok usia remaja (15 tahun). Namun di kabupaten Bekasi diakui masih banyak warga yang buta huruf, terutama di kelompok usia dewasa-tua. Itu baru terkait kemampuan literasi dasar (membaca dan menulis).

Padahal, tingkat literasi berikutnya adalah kemampuan memahami dan mengolah informasi untuk memecahkan persoalan hidup sehari-hari dalam keluarga atau masyarakat. Pembina Trend Indonesia, Asep Arwin, biasa membimbing siswa SLTA dalam menghadapi ujian nasional. “Para siswa telah menekuni dan menghapal pelajaran yang akan diujikan, tapi kebanyakan belum siap secara mental menghadapi ujian. Tugas kita menumbuhkan kepercayaan dan kemandirian belajar,” papar Asep yang menamatkan studi master engineering di Jepang.

Dengan demikian siswa disiapkan untuk merancang masa depannya sendiri, apakah akan meneruskan studi atau menempuh dunia kerja yang penuh persaingan. Sapto Waluyo sepakat pembinaan generasi millennial perlu lebih atraktif, sehingga mereka antusias berpartisipasi dan menyadari pentingnya kreativitas untuk meraih keunggulan. “Tidak hanya membentuk keunggulan pribadi siswa, tapi berdampak pada keunggulan bangsa Indonesia di tengah persaingan global,” simpul Sapto yang menamatkan studi master di RSIS Singapura kini menempuh program doktoral di Universitas Indonesia