Komunitas Seniman Terminal Bawa Anak Punk Hijrah untuk Mengaji

DepokNews–Di bulan Ramadan ini banyak yang dilakukan manusia untuk mendekatkan kepada Allah SWT salah satunya yang dilakukan anak Punk yang meningkatkan ibadah dengan mengaji.

Dengan tampilan yang terlhat urakan dan lusuh membuat anak punk ini menjadi termarjinalkan.

Mereka kerap terlihat di pinggir jalan mengamen ataupun tidur di emperan toko dan pelataran ruko seperti di Jalan Margonda dan sekitarnya.

Melihat kondisi tersebut,Wirawan Yosh selaku pendiri Komunitas Seniman Terminal (Senter) Depok pun meras terpanggil untuk mengajak anak punk hijrah ke jalan yang benar.

Di tangannya, ratusan anak punk, pengamen dan anak jalanan diajak dan dibawa menuju jalan Tuhan.

Komunitas Senter mengajak anak punk belajar mengaji dan mendalami ilmu agama.

Diakui Wawan, begitu biasa disapa, memperkenalkan anak punk menuju jalan Tuhan memang tidak mudah.

Perlu strategi tersendiri agar anak-anak punk itu mau datang berkumpul dan akhirnya belajar agama.

“Pertama saya pakai metode sebar beras. Jadi saya carter gerobak bakso dan saya panggil anak-anak itu. Terus mereka ngumpul di kelas dan saya panggil ustad. Nah mulailah mereka dikenalkan dengan agama perlahan-lahan,” katanya.

Kebiasaan hidup di jalanan dan ketika menimba ilmu agama memang berbeda jauh.

Wawan mengingat betul bagaimana perilaku anak-anak tersebut ketika pertama kali diajak berkumpul untuk belajar agama dengan imbalan makan bakso.

“Yah namanya anak jalanan. Pas di kelas ada yang tiduran ada yang sambil ngelakuin apa aja. Tapi saya bilang ke ustadnya ini jihad kita dan Alhamdulillah dimengerti,”katanya.

Singkat cerita, kelamaan anak-anak jalanan itu pun menjadi terbiasa berkumpul dan belajar agama.

Sehingga tanpa imbalan makan bakso pun mereka sudah datang dengan sendirinya untuk mengaji.

Kegiatan ini kata Wawan sudah dimulai sejak Komunitas Senter berdiri di tahun 2010. Hingga akhirnya kegiatan ini berkembang pesat.

“Namun di tahun 2014- 2015 terjadi kendala. Sehingga saya meminta mereka untuk kembali sendiri-sendiri”katanya.

Mereka ada yang ke jalanan lagi dan dengan kehidupan yang lalu.

Di tahun 2018 kemarin ternyata mereka rindu untuk belajar agama lagi.

“Mereka meminta saya untuk kembali mengatifkan pengajian. Dan dengan Bismillah kami jalan lagi sampai sekarang,” tuturnya.

Aktivitas mengaji Komunitas Senter ini mulanya digelar pada Kamis malam di Masjid Sekolah Terminal (Master) Depok.

Disana mereka bersama-sama membaca Surat Yasin.

Namun sekarang pengajian digelar pada Jumat malam.

“Jadi mereka sama-sama membaca Al Quran dengan dibimbing oleh relawan kami. Alhamdulillah ada beberapa relawan yang dengan sukarela mau berbagi ilmu dengan teman-teman disini,”katanya.

Selain mengaji Komunitas Senter ini juga memiliki segudang kegiatan keagamaan. Mulai dari buka bersama, berbagi takjil, santunan dan zakat.

Wawan memiliki harapan agar jejak kecil yang dilakukannya bersama teman-temanya ini bisa bermanfaat bagi anak-anak yang hidup di jalanan.

Kemudian dapat mengubah pandangan masyarakat bahwa anak punk itu menyeramkan dan cenderung kriminal.

“Ini yang kami ingin ubah mengenai stigma negatif anak punk. Kalau kita sudah bergaul dengan mereka kita bisa mendapatkan nilai positifnya dimana solidaritas mereka sangat kental dan bisa bertahan hidup dengan kondisi apapun itu. Ini yang seharusnya kita ambil pelajaran dari mereka,” paparnya.

Dia mengatakan Al Quran pada anak-anak tersebut kata Wawan memang bukan hal mudah.

Sehingga harus dilakukan secara perlahan. Namun setidaknya anak-anak jalanan tersebut sudah memiliki niat dan kemauan untuk hijrah ke jalan yang lebih baik.

“Kami jug ada kerjasama dengan komunitas lain. Kami ada program hapus tato dengan syarat bayar dengan hapalan Surah Ar Rahman. Intinya kami ingin membawa mereka ke jalan lebih baik,” katanya.

Edo, salah satu anak punk yang ikut mengaji mengaku hidupnya kini lebih tenang dan nyaman.