Jelang Tahun Ajaran Baru, SIT Nurul Fikri Gelar Webinar Kesehatan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas

DepokNews- Sekolah Islam Terpadu (SIT) Nurul Fikri telah mempersiapkan sejumlah hal untuk menyambut Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Tahun Ajaran 2020/2021. Salah satunya, menggelar Webinar Persiapan Pembelajaran ditengah Pandemi Covid-19.

Direktur Pendidikan SIT Nurul Fikri, Joko Prayitno mengatakan, dikatakan terbatas karena pada praktiknya nanti tidak semua siswa diperbolehkan untuk mengikuti pembelajaran tatap muka di sekolah, hanya 1/3 siswa dari besarnya ruangan sekitar 10 siswa dan sebagian tetap harus belajar dari rumah.

“SIT Nurul Fikri harus dapat memberikan layanan yang dapat mengakomodir siswa yang belajar tatap muka (offline/luring) dan belajar di rumah (online/daring) dengan kualitas yang sama. Oleh karena itu maka manajemen SIT Nurul Fikri telah memutuskan pola pembelajaran yang akan digunakan adalah hybrid learning,” kata Joko, Kamis (17/12/20).

Kegiatan yang ditujukan untuk siswa, orang tua siswa, guru dan karyawan ini menghadirkan narasumber dokter dari RSIA Kemang Medical Care, dokter Yundri Martiraz. Alumni SMAIT Nurul Fikri ini memberikan penjelasan tentang apa itu Covid-19 dan bagaimana cara mencegahnya.

Lalu dilanjutkan penjelasan tentang protokol kesehatan saat proses Pembelajaran Tatap Muka Terbatas oleh Kepala Biro Kurikulum dan Pembelajaran SIT Nurul Fikri, Drs. Suharyono sebagai narasumber kedua.

SIT Nurul Fikri akan tetap melihat kondisi, jika memungkinkan akan dilakukan Pembelajaran tatap Muka Terbatas pada Februari 2021. SIT Nurul Fikri akan menerapkan sarana dan prasarana (pendukung) sesuai protokol kesehatan di sekolah, demikian juga dengan guru-gurunya, sehingga nanti sudah bisa dilaksanakan belajar tatap muka di sekolah.

“Diharapkan dengan kegiatan webinar kesehatan ini, siswa memiliki gambaran yang utuh mengenai karakteristik Covid-19. Pembelajaran Tatap Muka Terbatas ditengah situasi pandemi seperti apa? Bahaya Covid-19? Bagaimana cara menanggulanginya? Sehingga nanti ketika mereka memutuskan yaitu dialog dengan orang tua sudah berbasis pengetahuan yang cukup, tidak berdasarkan persepsi masing-masing mereka,” terang Joko.