Ini Kenangan Mensos Khofifah Dengan Hasyim Muzadi

DepokNews- Sejumlah tokoh Nasional terlihat mendatangi kediaman Almarhum KH. Hasim Muzadi di Jalan H Amad Kelurahan Kukusan Beji. Seperti Menteri Sosial Khofifah Indar Parawangsa. Politikus PKB tersebut memiliki kesan mendalam terhadap mendiang KH. Hasim Muzadi. Bahkan sebelum wafat, Khofifah terus memantau perkembangan kesehatan KH. Hasim Muzadi.

“Saya selalu update kondisi beliau di rumah sakit. Hari senin lalu saya masih sowan ke beliau dan bertemu kepala rumah sakit. Saya memang ijin ke keluarga agar diminta update kesehatan beliau. Kemudian pukul 00.22 WIB saya masih dapat update denyut nadinya bagus. Tensi nya bagus, kemudian konfirmasi lagi jam 02.30 WIB,” cerita Khofifah.

Ia menambahkan pada pukul 03.30 WIB dirinya konfirmasi ke Direktur Rumah Sakit Lafalet Malang yakni Dr. Abdurahim. Ketika itu dikonfirmasi sudah ada penurunan denyut nadi. Kemudian direktur rumah sakt kirim full dokter UGD ke pondok nya pak kiayai yang ada di Malang.

“Selanjutnya pukul 06.26 WIB dokter Abdurahim mengabarkan ke saya jika  dokter yang mendampingi pak kiayi mengatakan  jam 06.13 WIB beliau sudah wafat,” paparnya.

Dirinya mengungkapkan sengaja meminta ijin ke Presiden RI tidak bisa ikut ke dalam rombongan kunjungan kerja ke Kalimantan Barat.

“Sebenarnya pagi ini saya termasuk rombongan presiden ke Kalimantan Barat bersama Menkes, menbud. Saya ijin ke presiden untuk tak ikut rombongan karena mau ke Depok. Beberapa kali beliau bilang jika wafat ingin dimakamkan di Depok. Karena disini beliau ingin terus mendengar lantunan ayat suci Al Quran yang dibawakan para santrinya,” ungkap Mensos.

Dia menuturkan jika selama satu bulan cukup intensif sowan ke KH. Hasim Muzadi. “Seminggu lalu beliau berpesan kamu jangan lupakan oyot atau akar. Akar dari peneguhan NKRI. Ketika persaudaraan  antar umat Islam terbangun baik maka akan terbangun ukhuwah Islamiyah. Kemudian ketika persaudaraan antar manusia terbangun dengan baik itu artinya ukhuwah nadiah , ketika persaudaraan dengan sesama NU artinya ukhuwah nadiniyah. Itu oyotnya,” tuturnya.

Menurutnya tidak mudah seseorang memiliki  semangat hidup yang tinggi. Tidak mudah mendapatkan semangat juang seperti beliau. Di umur beliau yang sudah tidak muda lagi beliau masih sanggup melakukan perjalanan panjang.

Misalnya rute dari selatan ke utara kemudian ke selatan lagi. Beliau berusaha hadir di setiap undangan dan seringkali berpesan Islam rahmat an lilalamin.

“Pesan itu gak pernah berhenti Islam sebagai penyemai kasih, Islam penyemai damai jangan menghadirkan Islam dengan kekerasan terus itu beliau lakukan,” pungkasnya.(mia)