Galih Pandekar Buka Gerai Arem Arem Mie Aremie Hj. Rully Disaat Pengusaha Lain Tiarap

DepokNews–Selama masa pandemi COVID 19 di tahun 2020, banyak perusahaan yang mengalami bangkrut atau tutup. Banyak pengusaha mengambil sikap tiarap. Tapi Galih Pandekar justru buka  Gerai Arem Arem Mie Aremie Hj. Rully. Ia berprinsip Eagle Philosophy.

Di temui di Gerai Arem Arem Mie Aremie Hj. Rully di Kawasan Jalan RTM, Kelapa Dua, No. 36 Galih Pandekar sedang mengarahkan beberapa karyawannya. Gerai itu belum berumur setahun, tapi suasana sebagai gerai toko kue, cukup mewah. Interiornya modern. Diterangi beberapa bohlam gantung. Di bawahnya berderet etalase yang memajang arem-arem mie dan aneka kue. Beberapa foto arem-arem ukuran besar tergantung di dinding gerai. Meskipun hari sudah sore, Galih kelihatan masih segar.  

“Saya pakai falsafah Eagle Philosophy. Burung elang itu mempunyai sifat yang berbeda dengan hewan lain. Ketika terjadi badai, jika hewan lain menghindar atau bersembunyi, burung elang justru masuk ke dalam badai. Karena bersama badai itu, dia jadi bisa terbang lebih tinggi. Dengan terbang lebih tinggi, si burung elang jadi bisa melihat lahan baru tempat dia berburu mencari makan. Nah, seperti itulah. Ternyata alhamdulillah meskipun dibuka pada masa pandemic, bisnis saya sukses,”ujar pengusaha yang juga merupakan bendahara umum Genpro Depok Chapter ketika di temui di Kawasan Kelapa Dua, Depok, Kamis (3/6).

Meskipun didirikan dimasa pandemi COVID 19, bisnis arem-aremnya tidak bangkrut, tapi justru berkembang pesat. Jika pada bulan pertama omsetnya hanya beberapa juta, kini omsetnya sudah naik beberapakali lipat.

Pengusaha yang juga dosen itu mengungkapkan, pembukaan gerai arem-arem merupakan hikmah dari masa pandemi. Selama masa pandemi COVID 19 Galih dan istrinya, Tini Ismiyani, yang bekerja sebagai dosen, jadi lebih banyak berada di rumah. Karena kegiatan kuliah dilakukan secara work from home. Galih dan istri pun jadi mempunyai banyak waktu luang. Tercetuslah ide untuk membuka bisnis baru.

Setelah mencari ide jenis bisnis, mereka kemudian memutuskan untuk meneruskan usaha bisnis ibunda Galih, Rulina Pemberiani, yang selama ini membuat arem-arem sejak tahun 2000. Arem- arem mie merupakan arem-arem dengan bahan dasar mie, bukan beras. Arem-arem mie merupakan kuliner yang mulai langka dijumpai, sehingga muncul ide untuk melestarikan kuliner ini dengan kemasan lebih modern. Nama “Aremie Hj. Rully”  pun diambil dari singkatan “Arem-arem Mie” dan “Hj. Rully”, yakni panggilan Ibu Rulina.

“Ibu Rully atau ibu saya sejak dulu berjualan arem-arem, tapi dilakukan secara tradisional. Sehingga bisnisnya kurang berjalan secara maksimal. Ibu saya hanya memproduksi dua puluh hingga tiga puluh arem-arem per hari. Itu pun jika ada pesanan. Padahal jualannya sudah dilakukan selama dua puluh tahun. Nah, saya dan istri ingin memodernisasi cara berjualan ibu,”ujar pengusaha yang hobi membaca buku ini.

Galih dan istri pun belajar membuat arem-arem mie dari Rulina. Setelah mampu membuat arem-arem mie, Galih dan istri membuka usaha arem-arem mie di rumahnya di Kawasan Kelapa Dua, Depok. Galih tentu saja bertugas rangkap, yaitu membuat arem-arem, mempromosikan, belanja bahan hingga melayani tanya -jawab dengan pembeli. Galih membuat mie sendiri, sebagai bahan arem-aremnya. Bukan mie yang biasa dijual di pasar atau mie instan yang biasa ada di warung-warung.

Kemudian arem-arem mie itu dikemas dalam box modern, sehingga cocok untuk dijadikan buah tangan saat berkunjung ke rumah sanak saudara. Pada hari Raya Idul Fitri kemarin, arem-arem mie juga disajikan dalam bentuk hampers dengan kemasan yang sangat unik.

“Meskipun saya sarjana S 2, tapi saya tidak gengsi membuat arem-arem mie. Karena dimata saya, makanan ini unik, dan saya punya visi ke depan untuk mengembangkan bisnis arem-arem ini. Dijadikan sebagai bingkisan, kan unik. Jarang ada bingkisan arem-arem,”ujar pengusaha yang hobi olahraga angkat beban.

Galih mengungkapkan, cukup sulit membuat arem-arem mie. Karena daun pisang yang digunakan untuk membungkus arem-arem harus daun pisang segar. Daun pisang yang kemarin, tidak bisa digunakan di hari ini. Karena ketika dikukus daun pisangnya menjadi berwarna pucat.

Untuk membungkus arem-arem 60 buah, dibutuhkan waktu selama 2-3 jam, untuk yang sudah lancar membungkus. Kemudian di kukus selama hampir 1 jam. Jika ada pesanan untuk pukul 7 pagi, Galih dan istri sudah memasak pada pukul 2 dinihari.

Meskipun proses pembuatannya cukup rumit, tapi Galih mengerjakannya dengan senang hati. Karena arem-arem mie itu makanan unik. Rasanya lebih enak daripada lontong. Makan 2 arem-arem sudah bisa membuat perut kenyang.

Ternyata bisnis arem-aremnya berkembang dengan pesat. Jika pada bulan pertama pesanan hanya beberapa puluh arem-arem, bulan berikutnya pesanan arem-arem hingga ratusan. Sehingga rumahnya tidak bisa lagi menampung proses produksi arem-arem. Galih pun kemudian menyewa toko 3 lantai di Jalan RTM, Kelapa Dua, yang kini menjadi Gerai Arem Arem Mie Aremie Hj.Rully.

“Alhamdulillah, kini omsetnya cukup besar. Ini merupakan keputusan yang sangat tepat yang diambil dimasa pandemi,”ujar Galih. Kini Galih dan istri tidak terjun langsung membuat arem-arem mie. Ia sudah mempunyai 11 karyawan. Para karyawan itu sudah dilatih cara membungkus arem-arem selama 2 minggu.

Kini bisnis arem-aremnya semakin berkembang. Gerainya bukan hanya menyediakan arem-arem konvensional, tapi juga dalam bentuk frozen. Arem-arem mie frozen merupakan sebuah inovasi baru yang ditemukan Galih dan istri yang dapat bertahan di freezer hingga 2 bulan. Inovasi tersebut mendapat apresiasi dari seorang kurator makanan saat mengikuti seleksi pameran.

“Pesanan datang dari Bandung, Surabaya, Palembang. Sehingga harus dibentuk frozen. Setelah dihangatkan, rasanya tidak berubah kok. Bahkan sudah ada pesanan dari Singapura dan Hongkong, tapi belum saya kirimi,”tutur ayah 4 anak itu.

Ketika Hari Raya Idul Fitri lalu, pesanan bingkisan  kue dan arem-arem mie sangat membanjir. Sehingga semua cadangan terjual habis. Bahkan sampai ada pengunjung yang berani menawar kue kering seharga Rp 65.000 per toples, dengan harga Rp 300.000 per toples. Sayangnya semua stok kue dan arem-arem benar-benar habis.

Galih memberikan tips, untuk mengembangkan bisnis, harus gencar melakukan promosi. Baik lewat sosial media, toko online, pameran, bahkan ketika Galih bertemu dengan pejabat penting ia membawa arem-arem.

“Saya pernah hadir di acara pak  wali kota. Saya membawa bingkisan arem-arem mie. Tujuan saya, agar mereka mencicipi. Sehingga akan tergerak untuk membeli,”tutur pengusaha yang senang touring ke luar kota dengan mobil itu.

Galih juga sering datang ke lokasi-lokasi yang ada ramai orang, misalnya ke lokasi car free day dengan membawa mobil dan membawa arem-arem untuk berjualan di kerumunan itu.

Ia menambahkan, pengusaha juga harus mempunyai tim yang solid yang siap memikirkan dan mengerjakan hal-hal untuk memajukan bisnis.

Sebelum membuka bisnis arem-arem Galih juga mempunyai bisnis lain, seperti bimbingan belajar dan klinik gigi. Tapi bisnis arem-arem memberinya pengalaman baru. Di bisnis arem-arem ia jadi belajar bagaimana karateristik usaha kuliner, mulai dari produksi, pembelanjaan bahan arem-arem, penyimpanan stok bahan, hingga melayani pesanan yang membludak.

“Lebaran kemarin merupakan Lebaran pertama yang kami hadapi setelah membuka bisnis ini. Kami sempat kesulitan mencari bahan-bahan kue dan arem-arem. Tapi alhamdulillah kami dapat melaluinya dengan baik, bahkan dengan sale yang berlipat-lipat berkah Ramadan dan Idul Fitri,”ujarnya.Budi Gunawan