Atasi Covid-19 Tak Cukup Langkah Individu

DepokNews–Dalam mengatasi penyebaran Covid-19 tak cukup langkah secara individu saja. “Langkah-langkah individu seperti cuci tangan, menjaga jarak aman, memakai masker, etika bersin batuk dan lain-lain, maka hal tersebut sudah betul dari sisi upaya individu, namun belum cukup untuk mencegah penularan Covid-19,” ungkap dr. Alik Munfaidah dalam Diskusi Online Muslimah: Cara Islam Mengatasi Wabah Covid-19, Ahad (5/02/2020) via Whatsapp Group.

“Fakta menunjukan virus penyebab Covid-19, tidak mengenal sekat-sekat daerah dan wilayah sehingga pemberantasannya tidak cukup dengan upaya individu yang berbasis kepada kesadaran masing-masing, agar tuntas menghentikan rantai penularan mutlak membutuhkan tindakan segera dan sistemik mendunia,” bebernya di hadapan 135 orang peserta online.

Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ini menegaskan bahwa kebijakan lockdown ini mutlak harus dilakukan terutama pada penyakit menular baru seperti Covid-19 yang sulit bila di-screening, karena karakteristik virus dan ciri-ciri klinis yang belum diketahui secara pasti. Metode inilah yang sudah pernah dipraktikkan pada masa kekhilafahan Islam dan sukses memberantas wabah.

“Setidaknya ada empat aspek pencegahan yang menjadi tanggung jawab langsung negara. Selain penguncian akses masuk dan keluar atas suatu wilayah terdampak wabah, sebagaimana yang pernah dicontohkan pada masa pemerintahan Umar bin Khatthab ketika terjadi wabah di wilayah Syam. Juga keharusan negara menerapkan social distancing, yaitu menjaga jarak dengan mereka yang sedang sakit. Termasuk tidak menghadiri pertemuan dengan jumlah banyak. Tujuannya agar virus tersebut tidak tertular ke orang yang sehat,” tegasnya.

“Ini juga perintah Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang artinya, ‘Janganlah unta yang sehat dicampur dengan unta yang sakit’,” tambahnya sambil membacakan hadits tersebut.

dr. Alik pun menegaskan, tak cukup sampai di situ negara juga wajib melakukan contact-tracking (pelacakan kontak), serta kebijakan screening atau penyaringan. Berbagai kejadian di belahan negara lain baik di Cina, Italy, AS dan lain-lain serta catatan sejarah menunjukkan bahwa negara berperan penting untuk melindungi kesehatan warganya dari wabah. Bila negara yang tidak memiliki visi misi meriayah rakyatnya tentu akan gagap dalam menghadapi situasi seperti ini.

“Lambannya penanganan yang dilakukan pemerintah memang harus membuat kita bergerak dalam arti berupaya mengingatkan penguasa (muhasabah lil hukkam), jika tidak, keharaman terbunuhnya sekian nyawa tak berdosa akibat terjangkit Covid-19 yang seharusnya bisa dicegah akan kita pertanggungjawabkan di akhirat. Pada prinsipnya, konsep lockdown ini butuh visi misi sebuah negara yang bersifat universal, meniadakan sekat-sekat negara, sehingga ketika sudah mulai merebak wabah maka siapapun tidak boleh keluar masuk dari daerah yang menjadi sumber wabah,” tandasnya.

“Jika kita bandingkan dengan konsep lockdown yang pernah diberlakukan di masa kekhilafahan saat wabah thaun melanda, dengan dasar hadits Nabi yang melarang untuk keluar masuk wilayah terjadinya wabah. Maka wabah bisa berhenti di Syam, meski sekitar 3000-an orang terjangkit karena memang waktu itu tekhnologi dan sains masih sangat terbatas. Seharusnya, di zaman canggih seperti sekarang ini, Covid-19 akan bisa terhenti di Wuhan saja jika konsep lockdown sesuai ajaran Ilahi melalui lisan Nabi-Nya yang mulia diterapkan. Inilah bukti syariah akan senantiasa cocok dan efektif diberlakukan di segala zaman,” pungkasnya. []