Aktivis Penanggulangan AIDS Gelar MRAN

DepokNews–Relawan Penanggulangan AIDS di Kota Depok pada Minggu (19/5) malam melaksanakan  Malam Renungan AIDS Nusantara yang dipusatkan di aula Kuldesak berlokasi di Kelurahan Pondokcina, Kecamatan Beji.

Ketua Kuldesak Kota Depok Samsu Budiman mengatakan di  Indonesia MRAN atau AIDS Candle Nigth Memorial ini awal pertama kali dilaksanakan pada tahun 1991.

Dalam acara ini, selain merenungi teman-teman ODHA yang telah wafat, ada pula pembacaan puisi, releksi, dan diakhiri dengan menyalakn Lilin dan Tabur bunga diatas karton Hitam bertuliskan nama-nama orang yang telah ‘mendahului’.

Acara ini merenungkan untuk terus bisa menyelamatkan kehidupan meskipun hanya satu nyawa

“Kita juga diajak untuk lebih peduli terhadap masalah AIDS dan turut ambil bagian dalam menanggulangi AIDS sesuai kemampuan kita”katanya.

Tujuan mengadakan acara ini adalah untuk meningkatkan respons HIV,  termasuk menjalankan strategi UNAIDS mencapai nol kematian, nol infeksi  HIV baru, nol stigma dan diskriminasi.

Samsu Budiman atau yang biasa disapa Ombuds mengatakan, masih banyak kekurangan dalam program penanggulangan  HIV-AIDS di Indonesia, di antaranya pendanaan yang masih tergantung  donor, dan semakin banyaknya temuan kasus resistensi obat  antiretroviral.

Dari data yang miliki Kuldesak hingga akhir Desember 2018 jumlah tercatat ada sekitar 777 warga Depok hidup dengan AIDS dimana 46 merupakan anak-anak dan sisanya berbagai elemen masyarakat lainnya.

“Kami terus berupaya memberikan advokasi kepada mereka untuk mendapatkan pengobatan sehingga mereka bisa sembuh”katanya.

Jadikan MRAN bukan sebagai kegiatan seremonial belaka akan tetapi bisa mengubah penderitaan menjadi tekad dan tindakan yang membawa suatu perubahan.

Di lokasi sama Hages Budiman dari Kuldesak menambahkan, LSM Kuldesak adalah lembaga untuk memberi penyuluhan dan menyemangati orang dengan HIV-AIDS atau ODHA (Orang Dengan HIV-AIDS) agar bangkit dari keterpurukan.

Pada kurun tahun 2006 sampai 2011, Hages seorang diri melawan virus HIV-AIDS.

Saat ini sekitar 100 ODHA menjadi perhatian Hages.

Ia bersama Samsu membentuk LSM Kuldesak di Wilayah Depok, karena menurutnya masih sangat kurang LSM untuk di wilayah tersebut.

“Depok kan dekat dengan ibukota, jadi kita memutuskan untuk membentuk di wilayah tersebut,” tutur Hages.

Sedangkan untuk biaya operasional Kuldesak, berbagai cara ditempuhnya.

“Saya coba mencari dana dengan mengirim proposal kepada lembaga-lebaga pemerintahan yang fokus ke HIV. Kalau tidak dapat dana, ya biaya operasional menggunakan uang pribadi saya,” tambahnya.

Dengan adanya LSM Kuldesak, ia meyakinkan ODHA agar mereka bisa beraktivitas normal, bisa bekerja seperti orang lain.

“Saya pernah ada di posisi mereka. Mengidap HIV-AIDS bukan berarti kehilangan kebahagiaan dan mimpi. Banyak yang putus asa dan mau cepat-cepat menagkhiri hidup, tugas kami mencegah semua itu,”katanya.(ajihendro)