500 Lebih Bank Sampah dan Magot Turut Antarkan Depok Raih Adipura

Depoknews – Penilaian Adipura dengan perspektif pembangunan berkelanjutan digunakan pemerintah pusat sebagai bagian dari penilaian Adipura. Lebih dari 500 bank sampah di Kota Depok dan produksi magot (belatung untuk pakan ikan lele dan ikan hias) yang hanya ada di Depok disebut Muhammad Idris menjadi kekuatan Depok meraih Adipura.

Dituturkan Idris, bahwa penilaian Adipura pada saat ini bukan sekedar persoalan sampah, tetapi juga soal kebersihan udara, persoalan air, sanitasi, persoalan komitmen pemukiman dan perumahan dalam pemilahan sampah, dokumen, dan sistem sekaligus perencanaan didalamnya masuk kedalam penilaian Adipura.

“Sebelum Kota Depok diputuskan mendapatkan Adipura, mereka(pemerintah pusat) meminta dialog langsung dengan Walikota untuk komitmen dan perencanaan Walikota kedepan dalam perspektif pembangunan berkelanjutan.” kata Idris dalam konferensi pers di Balaikota, Rabu(2/8).

Terkait proses pembangunan berkelanjutan, Walikota Depok terlebih dahulu telah mendapatkan penghargaan Anugerah Inovasi yang dianggap nya sebagai fasilitator masyarakat dalam menghasilkan karya inovatif pada malam sebelum mendapatkan Adipura. Yang dinilai adalah bank sampah dan produksi magot. Kedua hal ini yang menurut Idris menjadi kekuatan yang tidak diremehkan oleh pusat sebagai upaya nyata dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

Disamping itu, peluang bank sampah dan magot mengurangi penumpukan sampah juga cukup besar. Seperti yang dikatakan Idris, ” Magot mengurangi produksi sampah organik perhari 10 UPS dan magot 30 ton untuk menyelesaikan sampah organik. Artinya sekarang kita kerjasama dengan balitbang benih ikan hias di Pancoranmas dan mereka juga melakukan pelatihan produksi magot.” ucap Idris.

“Bahkan mereka menampung sampah-sampah organik kita kemudian di produksi oleh mereka, dan sekarang magot ini dimanfaatkan UMKM ikan hias. Harganya pun 1 kg sudah 10-20 ribu rupiah di pasar lokal, dan ini merupakan sebuah produksi yang bisa kita lakukan ekspor. Nah nanti kalo ikan hiasnya sudah di ekspor ke Brunei dan Singapura, nanti kita bisa mengekspor magotnya sekalian.” tambahnya.

Tidak berhenti sampai disitu, dengan predikat Depok sebagai kota metropolitan. Tentu saja volume sampah di Kota Depok terus meningkat, pertambahan jumlah penduduk dan pola konsumsi masyarakat menjadi salah satu faktor meningkatnya sampah di Kota Depok. Ini merupakan sebuah tantangan kedepan, persoalan sampah tidak berhenti dengan piala Adipura apalagi dengan pertambahan penduduk  harus mengubah kebiasaan penduduk untuk bisa memilah sampah.

“Masyarakat Australi saja mereka terbiasa membuang sampah pada tempatnya dan memilah sampah membutuhkan waktu 100 tahun baru ada kebiasaan itu. Artinya tantangan kita bagaimana kedepan terus mendukung dengan fasilitas, pembiayaan anggaran dan berbagai macam upaya yang bisa kita lakukan.” tutup Idris. (Eva dan Desy)